JUST a simply ME

My photo
He's a God's Servant; He's not a thinker, He just enjoying thinking ; Follow his prompt expression @jesseeman on twitter

24.6.11

Jes, Welcome to Manila !

Saat terbangun pagi ini , hujan masih melanda manila. Badan rasanya sulit sekali untuk bergerak. Kembali menarik selimut sambil tersenyum karena teringat pengalaman semalam. Seraya tak percaya sebuah pengalaman yang baru yang tak pernah dialami sebelumnya.

Cuaca hari ini tidaklah jauh berbeda dengan kemarin. Hujan dan angin ditambah dengan temperature manila 24 derajat celcius yang sudah terhitung dingin untuk ukuran manila.

Kegiatan yang paling enak mungkin adalah meringkuk dalam selimut sambil mendengarkan music atau bermalas-malasan di tempat tidur sambil nonton dvd.

Mungkin kebanyakan orang keluar rumah untuk mencari tantangan dan petualangan. Tetapi yang kami alami adalah bertualang dan melewati tantangan untuk pulang ke rumah.

Dan inilah awal dari petualangan itu…

Brangkat!

Ini adalah hari ke 7 saya berada di manila. Mengurus beberapa urusan yang harus diselesaikan secepatnya dalam minggu ini. Pendaftaran sekolah, mencari tempat tinggal, sampai urusan visa yang belum ada ujungnya.

Seperti hari – hari sebelumnya , hari saya selalu diawali pukul 8 atau 9 pagi. Semalam sebelum saya tidur sempat membaca berita bahwa akan ada typhoon yang akan menyambangi manila. tapi ketika pagi diaman saya bangun, tak ada Nampak typhoon akan dating. Hanya cuaca mendung saja.

Saya putuskan hari ini untuk keluar kamar sehabis makan siang untuk mencari tempat tinggal baru.

Jam di angka 930 sudah muali terlihat gerimis. Belum ada angin. Saya pikir ini hanyalah hujan biasa saja., paling akan sama seperti hari-hari sebelumnya. Namun tambah lama semakin deras hujan itu turun, dan angin pun turut meramaikan.

Tetap saja saya tidak percaya ini adalah typhoon, karena menurut berita pusarannya bukan di manila , manila kebagian pinggirannya doank.

Jam sudah menunjukkan jam 1, dan saya sudah bersiap- siap untuk keluar. Karena hujan saya pikir lebih baik menggunakan sandal jepit dan celana pendek saja. Lebih nyaman.

Melihat keluar ke jendela, sepertinya hujan sudah reda. Karena berpikir akan repot sekali jika menenteng payung akhirnya saya kembalikan payung yang sudah saya pegang ke tempatnya.

Ketika saya keluar dari pintu gerbang memang hujan masih gerimis, dengan pede saya jalan tanpa payung hanya bermodalkan topi dan hood jaekt saja.

Namun baru 100 meter saya berjalan seketika hujan turun dengan derasnya dan angin begitu kerasnya menghempas badan saya.. terpikiriuntuk kembali ke kamar dan mengambil payung, namun itu sudah terlamabat.

Alhasil sya memilih untuk berteduh di salah satu warung di depan Manila Sanitarium. Dengan tersenyum kecil saya memohon ijin ke pemilik warung tersebut.

Sudah 10 menit tapi tidak ada perubahan. Secara konstan hujan air dan angin bersamaan bekerja. Saya khawatir dengan notebook dan buku saya di tas, kalo ini sampe basah akan menjadi masaalh terbesar saya dimanila.

Setelah sempat bbm denganseorang teman, akhirnya saya putuskan untuk pergi ke glorietta dengan rencana akan nongkrong di starbucks sambil membaca dan menulis.

And the adventure begin

Setelah sukses menghentikan sebuah taksi (semoga ada yang pernah merasakan sulitnya menghentikan taksi di manila) , saya langsung katakan “ kuya, pupunta tayo sa Glorietta.” Dengan cepat dibalas” ok boss.” Wah sudah aman ini, saya perkirakan paling lama 30 menit akan sampai di glorietta.

Tetapi baru tikungan pertama kaluear dari gang, petualangan saya dimulai.

Yang saya tahu, seharusnya kalo keluar gangpertama harusnya belok kanan, ke arah Makati. Tetapi sang taxi driver malah belok kiri. Dalam hati saya, ah mungkin dia mau berputar sedikit Karena macet.

Namun pemandangan berikutnya yang saya lihat adalah Manila bay.. what? Kok udah disini… *mulai bingung sob* namun tetap saya berpikir mungkin dia mau berputar sedikit.

Sambil menggunakan bahasa tagalong yang patah – patah saya mencoba memulai conversation.

Me: Kuya, typhoon ba to?
Taxi driver (TD) : oo, Palkon to…
Me: hah? Palkon? ( dengan nada bingung)
TD: Oo , Palkon typhoon
Me: oh cige ( pura” ngerti padahal masih bingung)

Saya buka twitter mencari tau ada apa itu palkon typhoon yang dimaksud si taxi driver. Oohh rupanya dia mencoba mengatakan Falcon Typhoon tp dengan pronunciation khas tagalog.. dan saya tertawa kecil didalam hati.

Terlihat dari batang phon kelapa yang sudah mulai miring – miring saya perkirakan angin saat itu sekitar 80-100 km/h.

Sambil memperhatikan sekitar tiba” si taxi driver bertanya ke saya

TD: Grand siesta di ba?
Me: anong grand siesta , kuya? ( dengan nada bingung)
TD : sabi mo kanina pupunta sa grand siesta.
Me: hindi… sabiko sa glorietta..( heleh… sikuya becanda neh am ague)
TD: oh sorry sir.. (sambil langsung ambil arah putar balik tanpa lihat kiri kanan dan saya lihat bagian blakang taksi hampir ditabrak)

Daammnnn!! So unexpected….mulai berhitung.. berarti bakal bayar double neh.. sial bangetlah .
Akhirnya setelah melewati 1 jam macet saya tiba di glorietta, dengan membayar 210 peso yang seharusnya sekitar 100 peso saja..

Sambil menunggu teman, saya mencari maakan siang dulu, saat itu jam nunjukkan pukul 3. Lalu kami bertemu dan muali berputar mencari keperluan.

Seharusnya teman saya pergi karena ada kelas malam tetapi dia dapat kabar bahwa kelas ditiadakan karena typhoon. Setau saya kelas ditiadakan kalo typhoon sudah memasuki level 2. Sudah level 2 kah typhoon malam ini? Karena blackberry saya mati, saya kehilangan media untuk mendapatkan informasi. Yasudahlah…

Ternyata seorang teman kami ingin bergabung untuk ikutan nongkrong. Rencananya memang hanya nongkron, tetapi setelah melihat jadwal bioskop, tertra hangover 2, wah mengapa tidak.. lanjut nonton sajalah sambil membuang waktu menunggu hujan.

Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dan saya sama sekali tidak tahu situasi yang terjadi diluar mall. Yang saya tahu hanya hujan saja.

Film selesai jam 7, seorang teman saya mendapatkan bbm bahwa daerah tempat kami tinggal terkena banjir. Wah perasaan saya sudah tidak enak. Akhirnya kami putuskan untuk menunggu saja. Siapa tahu nanti sudah mulai reda.

Akhirnya kami pergi untuk mencari makan malam dan saya mencari sandal jepit.

Jam sudah menunjukkan pukul 9. Kami putuskan untuk bergegas pulang karena takut kemalaman. Diskusi kami pada saat itu adalah mau naik taxi atau MRT. Lalu kami mencoba melihat antrian taxi… alamak…. Parahnya hampir sama seperti antrian RO di aup..panjang, ramai dan rusuh.

kami putuskan untuk naik MRT saja, mumpung belum tutup. Setibanya di MRT station kami harus naik hampir 70an anak tangga dan.. another alamak! Inijuga panjang dan ramai, bedanya tidak rusuh tapi teratur. Seorang dari kami lalu mengatakan ayolah kita antri, toh ini maju pelan-pelan juga kok antriannya.

Kamu mencoba menyusuri dimana ujung antrian dan mulai ikut mengantri. Sambil bercerita tetang film yang baru ditonton , akhirnya sampai dekat antrian paling depan. And guess what! Ternyata kami bertiga mengikuti barisan masuk ke dalam MRT! Bukan antri di loket pembelian tiket MRT. What a shame! Ini malu campur cape jadi satu sudah,…. Yang bisa kami lakukanhanya tertawa sendiri saja. -__-*

Melihat panjangnya antrian loket dan harus antri kembali untuk masuk ke dalam , kami putuskan untuk mencoba naik taksi saja.

Sambil berjalan menuju tempat taksi, kami mencari antrian paling pendek. Dan tidak ada antrian yang pendek.

Akhirnya saya katakan mari kita cari taksi di daerah Makati saja. Mungkin lebih mudah. Dan kami mulai berjalan kaki ke daerah Makati. Dibawah hujan yang mulai mereda, untungnya tidak ada angin, kami hanya bermodalkan 1 payung saja, dan itu payung untuk 2 orang,

Akhirnya tiba di salah satu sisi jalan Makati, sambil menertawakan kebodohan kami di MRT station kam menunggu taksi. Dan taksi itu pun tak kunjung datang..

Kami mencoba berjalan lagi ke sisi lain dari jalan di Makati. Akhirnya kami menemukan sebuah halte yang sangat ramai dengan orang y menunggu taksi juga. Secara spontan saya katakan mari kita naik bus saja. Biar cepet sampai, Karena jam sudah mnunjukkan pukul 10 lewat.

Dan lewatlah sebuah bus tanpa ac , tertulis LRT buendia. Tanpa pikir panjang kami langung naik ke bus tersebut. Dan duduk dengan tenang berharap segera sampai dirumah karena sudah merasakan cape luar biasa.

Setelah sekitar 20 menit duduk manis di dalam bus, tiba” bus berhenti dan mulai berganti arah melewati jalan yang tidak biasanya dilewati. Kami mulai saling bertanya, ada apa ini..

Setelah berjalan kira” 200 meter terjawablah kebingungan kami, daerah ini banjir..dan ini bukan banjir biasa. Melihat keluar banjir tersebut setinggi pinggang pria dewasa. Dan keragu-raguan mulai muncul di dalam diri saya.. kalo sampai bus ini mogok , berarti kami stcuk di tengah banjir, berarti kami nginep donk di dalem bus -__-*

Namun bus tersebut mampu melewati banjir tersebut. Dan memasuki daerah de la rosa daerah sudah agak tinggi dan kering. Tetapi bukan disinilah perhentian kami. Masih ada sekitar 2 km lagi untuk tiba di LRT buendia.

Sepanjang jalan dari de la rosa menuju LRT buendia, sudah banyak mobil mogok di pinggir kiri, kanan maupun tengah jalan. Beberapa rumah dan toko juga sudah terendam air.melihat beberapa orang berjalan menerobos banjir, ada wanita yang digendong pasangannya, ada juga mahasiswi perawat yang sampai mengangkat rok nya setengah supaya tidak basah. Dan rasa kasihan pun keluar.

Terpikir bagaimana nanti kami pada saat turun, apakah harus seperti itu juga..

Pikiran dan perasaan sudah campur aduk menjadi perasaan bingung. Ditambah perasaan lapar… ( sempet”nya gue laper sial lah…)


The real adventure

Ketika turun dari bus ,disini petualangan yang sesungguhnya dimulai. Kami berjuang untuk pulang ke rumah. Rumah yang hangat dan penuh makanan. Bayangan kasur empuk dan selimut tebal sudah ada dikepala.jam menunjukkan pukul 11 malam.

Tetapi kami memutuskan harus mengantar seorang teman kami dulu ke daerah vito curz. Kira kira sekitar hampir 1 km jauhnya dari buendia. Rumah kami hanya sskitar 1 blok jauhnya dari kami tempat turun. Berarti nantiharus kembali lagi ke sini.

Melihat jeepney dan macet, pupus harapan untuk mengantar menggunakan kendaraan. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah jalan kaki. Dan kami pun berjalan kaki dari Buendia sampai ke vito cruz..

Berjalan di antara container yang terkena macet, berjalan dengan ketinggan air setinggi mata kaki bahkan betis, berjalan di atas ketidak pastian karena siapa tahu didalam air banyak benda” yang tidak semestinya diinjak atau ada lubang besar di bawah air.

Yang lebih gilanya teman kami ini berjalan tanpa alas kaki. Dan dia wanita.. jagoan!

Setelah mengantar, akhirnya saya beserta sisa teman saya 1 lagi siap untuk pulang.dan satu- satunya cara untuk pulang adalah jalan kaki (lagi). Kami berjalan mnyusuri bawah LRT rail , sempat ada y menawarkan jasa tuk tuk, dan men charge seharga 100 peso per orang. Itu adalah rate yang Gila untuk jarak dari vito cruz ke buendia.

Kami berjalan dan tetap berjalan, dan tiba di persimpangan jalan, kami mencoba mengambil shortcut. Seharusnya ini adalah shortcut, tetapi ini tidak menjadi shortcut. Kami melihat genangan air , diperkirakan sekitar setinggi betis. Ah sudahlah..bantai aja, sudah basah juga..

Pada saat kami memasuki gang tersebut ketinggian air setinggi mata kaki, lalu naik menjadi betis. Lebih jauh lagi kami berjalan semakin tinggi . sekarang air sudah setinggi lutut.

Menyerah? Oh come on… bayangan tempat tidur empuk dan selimut tebal serta makanan hangat sudah ada di kepala saya. Fight for it!

Semakin jauh kami berjalan semakin tinggi ketinggian air. Dan sekarang sudah setinggi paha saya. Tanpa kami sadari di belakang kami ada seorang muda juga sedang mendorong motornya. Dan yang kelihatan hanyalah stangnya saja.

Saya berjanji didalam diri saya, bahwa setiba dirumah saya harus mandi pake alcohol… kami terus berjalan.. terkadang ada lubang, terkadang ada mobil lewat membuat gelombang tinggi, serasa di pantai -__-“

But we keep walking. Teman saya secara tidak sengaja menendang besi. Untung hanya luka kecil. Pada saat mobil lewat membuat arus, sendalnya pun ikut terbawa arus,..sampai jumpa sandal pinjeman LOL



Not the end of the journey

Kami terus berjalan dan tetap berjalan. Saya terus bertanya , gerbang tempat tinggal kita yang itu ya.. dan jawaban selalu sama, belum masih di depan lagi.

Akhirnya kami tiba di gerbang tempat kami tinggal. Perasaan senang, cape, ngantuk semua sirna, justru sekarang smeakin lapar..

Sampai di lantai 4, dan ketika membuka pintu kamar.. saya langsung menjatuhkan badan saya..merenggangkan seluruh tubuh … lemas rasanya.. pada saat itu beberapa orang rumah sudah ada dan berbagi cerita sambil tertawa…

Saya pun tersenyum ..lemas sekali.. dan kata – kata pertama yang saya ucapkan adalah TERIMA KASIH TUHAN. ..

Malam itu sebelum tidur,kami lanjutkan dengan makan supermie rasa soto mie plus sambal ikan roa

Terima kasih Tuhan untuk semuanya..

walaupun sempat salah antri di MRT, walaupun sempat ga dapet” taksi di Makati.

Walaupun harus naik bus tanpa AC (karena in inilah kendaraan y Tuhan sediakan).

Walaupun harus jalan kaki menembus banjir…

Pengalaman malam ini tidak akan pernah dilupakan.

Somebody said, “Jes, welcome to manila.”

and I answer “ manila , im ready to face you :) “


Jesse Eman

BeActiveProactive

1 comment: